RSS

Causative

Belajar Bahasa Inggris yoookk...
Nih, sekilas tentang Causative..
Check This Out....



CAUSATIVE
HAVE & GET

Causative adalah kalimat yang digunakan untuk menyuruh orang lain untuk mengerjakan sesuatu. Bentuk suruhan ini ada dua macam, yaitu menggunakan bentuk “have(has/had) dan get (gets/got).


Tiga bentuk Causative menggunakan “Get” dan “Have”

1. Causative Menggunakan Get dengan obyek orang/manusia
Bentuk kalimat :
S + get(gets/got) + orang + to infinitive
Contoh :
Yesterday, he got the woman to wash the shirt.

2. Causative Menggunakan Have dengan Obyek orang/manusia
Bentuk kalimat :
S + have (has/had) + orang + Verb1
Contoh :
Yesterday, he had the woman wash the shirt.

3. Causative Menggunakan Get atau Have dengan Obyek Benda
Apabila have/get diikuti obyek pasif(benda), maka bentuk kalimat :
S + have /Get + benda + Verb3
Contoh :
I get my motorcycle repaired.

Catatan :
Bentuk Have da
n get bisa berubah tenses menjadi had, will have, got dan sebagainya, tanpa mengubah verb(kata kerja) yang mengikutinya.
Hal yang pertama dilihat dari Causative adalah obyek yang mengikuti have/get. Jika obyek yang mengikuti adalah benda, maka bisa dipastikan Verb nya ada pada bentuk ketiga (V3). Sedangkan jika orang/manusia maka tergantung yang digunakan, jika Get pasti menggunakan to infinitive kalau Have menggunakan Verb1
Lanjutan..........

Causative Verbs

Causative verbs (e.g. have, get, make, force, let, allow, permit, help, cause, enable, require, etc.) digunakan untuk mengekspresikan bahwa subject kalimat menyebabkan object kalimat melakukan suatu action (bentuk active) atau menyebabkan object kalimat dikenai suatu action (bentuk passive). Dalam bentuk active, action dilakukan oleh object kalimat,
The teacher forced us to study hard.
Di kalimat ini, action “study hard” dilakukan oleh “us“, dan terjadinya action tersebut disebabkan oleh “the teacher“.
Dalam bentuk passive, action pada umumnya tidak dilakukan oleh subject kalimat, walaupun kadang-kadang action tersebut juga bisa dilakukan oleh subject kalimat. Bentuk passive tidak menonjolkan siapa pelaku dari action tersebut, melainkan lebih menonjolkan pada terjadinya suatu action.
I had my room cleaned.
Di contoh ini, siapa yang melakukan action “cleaning my room” tidak disebutkan walaupun itu sebenarnya dikerjakan oleh my sister (saya tahu karena saya yang menulis kalimatnya :)). Sebaliknya, kalau saya mau mengeskpresikan bahwa my sister yang mengerjakannya, maka kalimatnya dapat kita rubah menjadi,
I had my sister clean my room.
Kenapa pada contoh 1 digunakan infinitve “to study“, di contoh 2 digunakan verb3 “cleaned“, dan di contoh 3 digunakan simple verb (verb1) “clean“?
Well, kita tidak usah mencari tahu alasannya, nanti tambah ribet. Yang perlu diperhatikan adalah causative verbs yang mana saja yang mengikuti pola-pola berikut ini,
Bentuk active:
1
Subject + causative verb + object + verb1 + …
2
Subject + causative verb + object + infinitive + …
Bentuk passive:
3
Subject + causative verb + object + verb3 + …

NOTE:
  • Causative verbs bisa dalam sembarang tensis, tergantung pada konteks yang ingin diekspresikan.
  • Verb1 adalah verb dasar (simple form verb), yaitu verb yang  tidak diimbuhi e/es, atau -ing, misalnya: clean, buy, study, etc.
  • Infinitive adalah to + verb1, misalnya: to clean, to buy, to study, etc.
  • Verb3 adalah past participle, misalnya: cleaned, bought, studied, etc.
  • Hanya 4 dari causative verbs di atas yang bentuk active-nya menggunakan pola 1. Do you know which ones?

A. HAVE vs GET

Sebagai causative verb, have dan get bermakna sama (= menyuruh/membuat), tetapi pola penggunaannya berbeda. Dalam bentuk active, have mengikuti pola 1, sedangkan get mengikuti pola 2. Bentuk passive-nya sama-sama mengikuti pola 3.
Contoh:
  • Andi has had his brother buy a pack of cigarettes. (Andi telah menyuruh/membuat adiknya membeli sebungkus rokok).
  • Andi has got his brother to buy a pack of cigarettes.
  • I will have my friend do my homework. (Aku akan menyuruh temanku mengerjakan PRku)
  • I will get my friend to do my homework.
  • Andi has had a pack of cigarettes bought. (Sebungkus rokok telah dibeli oleh seseorang. Andi menyuruh orang itu).
  • Andi has got a pack of cigarettes bought.
  • I will have my homework done .
  • I will get my homework done.

B. MAKE vs FORCE

Sebagai causative verb, make maknanya lebih kuat dibandingkan dengan have dan get. Dalam hal ini, makna make sama dengan force (= memaksa). Make dan force hanya memiliki bentuk active, so pola 3 tidak digunakan. Make mengikuti pola 1, sedangkan force mengikuti pola 2.
Contoh:
  • The robbers made the bank clerk open the safe box. (Perampok-perampok itu memaksa pegawai bank itu membuka kotak uang).
  • The robbers forced the bank clerk to open the safe box.
  • Sometimes it’s hard for parents to make their children study regularly. (Kadang-kadang sulit bagi para orang tua untuk memaksa anaknya belajar secara reguler).
  • Sometimes it’s hard for parents to force their children to study regularly.

C. LET vs ALLOW/PERMIT

Let = allow = permit = mengijinkan; Let mengikuti pola 1 sedangkan allow dan permit mengikuti pola 2.
  • My sister does not let me enter her room. (Kakakku tidak mengijinkan aku masuk kamarnya)
  • My sister does not allow me to enter her room.
  • My sister does not permit me to enter her room.
·         Because of the earthquake, the teacher let the students leave class earlier.
  • Because of the earthquake, the teacher allowed the students to leave class earlier.
  • Because of the earthquake, the teacher permitted the students to leave class earlier. (Karena (terjadi) gempa, guru itu mengijinkan murid-murid pulang lebih awal).

D. HELP vs ASSIST/AID

Help = assist = aid = membantu. Help dapat mengikuti pola 1 dan 2, sedangkan assist dan aid hanya mengikuti pola 2.
Contoh:
  • He will help me do my job.
  • He will help me to do my job.
  • He will assist me to do my job.
·         He will aid me to do my job. (Dia akan membantuku mengerjakan pekerjaanku).

E. CAUSE, ENABLE, REQUIRE

Penggunaan cause (menyebabkan), enable (memungkinkan), keep (menjaga/ mempertahankan), hold (menahan), require (mempersyaratkan/ membutuhkan), ect. mengikuti pola 2.
Contoh:
  • The badly manufactured LPG tanks have caused many of them to explode. (Tabung-tabung gas LPG yang dibuat dengan jelek telah menyebabkan banyak dari tabung-tabung itu meledak).
  • A high English proficiency will enable us to study abroad. (Kemampuan bahasa Inggris yang tinggi akan memungkinkan kita belajar di luar negeri).
  • Most Canadian universities require student candidates to have a TOEFL score of at least 550. (Kebanyakan universitas di Canada mempersyaratkan calon-calon mahasiswa memiliki score TOEFL minimal 550).
So, causatives tidak begitu rumit, bukan? Ya, karena hanya have, make, let yang harus diikuti oleh verb1, sedangkan verb lainnya diikuti oleh infinitive. Khusus untuk help seharusnya tidak akan error karena verb yang mengikutinya adalah optional (bisa verb1, bisa juga infinitive).

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


Pelajaran yang Dapat Diaplikasikan dalam Bela Diri

PSIKOLOGI BELA DIRI. Dalam psikologi orang yang mampu menguasai dirinya dan mengembangkan kepribadian sesuai dengan keinginan dirinya sendiri dan lingkungan sosialnya disebut mencapai aktualisasi diri, yang dalam teori yang dikembangkan oleh Maslow merupakan hirarki tertinggi apa yang harus dicapai oleh manusia. Bila ditinjau dari pembahasan tentang Ki tadi maka aktualisasi diri merupakan Ki tertinggi yang bermanfaat bagi kehidupan.

Tentunya untuk mencapai Ki atau aktualisasi diri kita senantiasa harus mengasahnya dengan belajar dan melatihnya. Terlepas pengertian Ki yang bersifat kekuatan supranatural, penulis di sini mencoba mengambil pendekatan yang agak filosofi dan ilmiah agar semua praktisi beladiri dapat melatih sehingga dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai hidup yang selaras dan mampu mencapai aktualisasi diri.

Untuk melatih Ki ini kita harus melatih keseimbangan kekuatan dengan melatih dan membentuk empat pilar.

Empat pilar itu adalah:
1. Kejujuran
2. Disiplin
3. Kreativitas
4. Menguasai diri dari rasa takut

KEJUJURAN
Kejujuran merupakan seluruh karakter moral yang harus dijalankan dengan ketulusan, berarti benar terhadap visi dan tujuan anda sendiri.

DISIPLIN
Disiplin adalah belajar dan latihan, orang yang sukses dalam bidang apapun apalagi dalam seni beladiri dan bisa menjadi yang terbaik atau terhebat selalu orang-orang yang membebankan dirinya sendiri dengan disiplin yang lebih keras dari apa saja yang dibebankan oleh orang lain.

KREATIVITAS
Kreativitas, orang selalu terkesan dengan kreativitas, bila kita melakukan sesuatu diluar kebiasaan, terutama sekali jika kita memperlihatkan bahwa kita peduli orang melihatnya. Kreativitas harus menjadi bagian dari kita untuk bertindak.

MENGUASAI DIRI DARI RASA TAKUT
Menguasai diri dari rasa takut, satu-satunya yang harus ditakutkan adalah rasa takut itu sendiri untuk menguasai diri dari rasa takut dengan menghilangkan ketidakpedulian terhadap rasa takut dengan membentuk pilar lain yaitu kejujuran, disiplin, dan kreativitas.

KEKUATAN KESEIMBANGAN
Untuk memancarkan Ki yang baik tentunya seorang praktisi beladiri harus menyeimbangkan antara kejujran, disiplin, kreativitas, dan menguaasai rasa takut secara seimbang dan selaras.

ORANG-ORANG YANG BERHASIL MENCAPAI KI TERTINGGI
Morihei Ueshiba, tokoh Aikido, bekerja keras dan lama sekali untuk menyempurnakan Ki-nya. Di akhir usia tujuhpuluhan, ia sering mendemonstrasikan kebolehannya dengan melawan lima atau enam lawan sekaligus dan selalu dapat mengalahkan lawannya. Beliau menjelaskan, "Tidak peduli bagaimana cepatya lawan menyerang atau betapa lambatnya saya bertindak, saya tidak bisa dikalahkan, ini bukan berarti teknik saya lebih cepat….. ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecepatan, saya menang dari awalnya. Begitu pikiran menyerang melintasi pikiran lawan saya, ia sudah kalah tidak peduli bagaimanapun cepatnya menyerang. Saya melihat dengan jelas bahwa gerakan dalam seni beladiri berkobar-kobar bila pusat Ki dikonsentrasikan dalam pikiran dan raga seseorang. Semakin tenang, semakin jelas pikiran saya jadinya. Saya bisa melihat pikiran-pikiran dengan intuitif, termasuk maksud-maksud kekerasan dari orang lain".

Demikian pula dengan tokoh-tokoh karateka legendaris, seperti Yasutsune Ankoh Itosu yang pada usia 75 tahun masih melakukan pertarungan dan selalu dimenangkannya dan beliau dengan kreativitasnya berhasil menciptakan banyak kata.

Semua contoh di atas ini diperoleh dari hasil kejujuran, disiplin, kreativitas, dan menguasai diri dari rasa takut. Mereka berhasil mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan keinginannya.

Yang dapat diambil hikmahnya dari tokoh-tokoh yang mempunayi Ki yang lebih baik adalah mereka tidak pernah menggunakan waktunya menciptakan tingkah yang macam-macam untuk membuat kesan pada orang lain, tapi mengkonsentrasikan pada pembentukan diri sendiri menjadi apa yang ia inginkan.

Tentunya kita bisa belajar pada mereka dengan memfokuskan Ki sebagai sistem nilai kita dengan menyusunnya satu demi satu yaitu apa yang kita peroleh dari pendidikan, penglaman, agama, etika, dan persepsi kita tentang siapa kita dan mau jadi apa kita?
Mudah-mudahan tulisan ini bisa menjadi bahan kajuan dan bermanfaat.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Surat dari Siti Demokrasi



Surat Terbuka 1

SITI DEMOKRASI


Perkenalkan, nama saya Siti, Siti Demokrasi...
Keren bukan...? Tapi saya wanita biasa, sama seperti yg lainnya.
Hanya saja saya memang lahir di Barat, berkulit putih, tinggi, dan menawan.
Tak heran banyak yang kesemsem sama saya. Apalagi di Indonesia, yg selalu demam produk asing, bahkan untuk urusan pelacur pun harus bermerk asing...

Apalagi saat ini di Timur Tengah, banyak penguasa dan para pangeran yang ngejar-ngejar saya... Untuk menyelamatkan kekuasaan mereka katanya. Biar gak didemo dan dijatuhkan oleh rakyatnya. Ah, apa urusannya dengan saya?

Di Indonesia saya tidak kalah populer. Banyak yang ngasih saya baju dan kerudung ...katanya biar pas dg budaya Indonesia. Macam-macam, ada kerudung merah, biru.... dan yg terakhir kerudung putih. Mana yg lebih kelihatan cantik...? Terserah penilaian Anda. Saya bahkan bisa pakai jarik dan kembem.

Saya akan selalu mengikuti apa yang Anda mau. Seratus persen. Saya bisa menjadi wanita baik2 dan salihah, tapi saya juga bisa menjadi wanita binal. Coba saja.... Tergantung di tangan siapa saya berada. Anda yang menentukan. Karena saya tidak penting, yg penting adalah Anda. Apakah Anda akan menjadikan saya penting? Ah, saya tidak muluk-muluk.

Kalau Anda tidak tertarik sama sekali dg saya, itu bukan masalah. Hak Anda dijamin seratus persen. Tidak ada yg maksa-maksa. Kalau Anda lebih tertarik dg Sit-Siti yg lain, saya juga tidak akan sakit hati. Silahkan pilih Siti mana yg Anda kehendaki...

Tapi tolong jangan bandingkan saya dg Siti Rodiyah. Tentu saya tidak sebanding dg dia. Dia cantik, berwajah Arab, pakai cadar, dan berhati mulia. Siapalah saya dibandingkan dia, saya tahu diri.....Tapi kalau Anda tidak rawat dia baik-baik, sama seperti wanita lainnya, dia akan pergi meninggalkan Anda.

Tragis! Seorang sahabat di Turki bahkan pernah menceraikannya. Tentu dia laki-laki bodoh dan tolol. Dia tidak tahu apa-apa tentang Siti Rodiyah. Karena sesungguhnya dia pujaan setiap orang.

Tapi kalau Anda tidak sanggup juga menggapai Siti Rodiyah. Saya siap. Memang tidak sebaik dan seideal Rodiyah. Tapi apalagi yg bisa Anda lakukan? Jangan hanya bisa ngeluh terus... Hidup harus terus berjalan. "Tidak ada rotan, akarpun jadi" bukankah itu pepatah Anda?

Tapi sekali lagi ingat, baik-buruknya saya tergantung Anda. Saya bisa lebih hebat dari Ratu Rania ataupun Kartini. Namun saya bahkan bisa bertelanjang bulat atau merobek kitab suci. Anda yang menentukan. Jangan paksa saya melakukan hal-hal buruk.



created by Hadi Mujiono

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

NASKAH SYARHIL QUR'AN TENTANG MORAL (MSQ 2010)


MEREKONSTRUKSI MORAL BANGSA DENGAN MEMBERANTAS KORUPSI

Ada sebuah anekdot, tangis bayi  yang baru lahir di Indonesia lebih kencang dibanding bayi-bayi di Negara lain, karena begitu dia nongol dari perut ibunya langsung menanggung hutang minimal Rp. 8,3 juta. Mengapa bisa demikian? Bukankah Negara kita subur dan kaya dengan sumber daya alam ? Semua itu tak lain karena salah urus, semua kekayaan alam dikuras bukan untuk kemakmuran rakyat, tapi dikorupsi.
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) di Indonesia merupakan praktik yang sistemik dan ’membudaya’. Lihat saja, ketika ada urusan di kantor-kantor, kita akan dibuat jengkel dan kesal karena harus menunggu dan menunggu. Urusan akan lancar kalau kita mau ’nyelipkan amplop’ dari meja ke meja. Hal itu dianggap suatu kelaziman di lingkungan birokrasi kita. Dan anehnya masyarakat juga menerima. Bukan hanya di kantor, untuk meraih jabatan politik seperti  jadi DPR, DPRD, Kepala Daerah, selalu  diwarnai dengan money politik, meskipun sulit dibuktikan di pengadilan. Kitapun mendengar,  jutaan hektar hutan yang ditebang secara illegal, triliunan uang negara ditilep dalam BLBI, diperparah dengan kasus Century yang tak kunjung usai, pajak dirampas oleh Gayus-gayus, belum lagi anggaran negara di mark-up setiap tahun di berbagai instansi.
KKN menggerogoti kehidupan bangsa bagaikan kangker ganas, sulit untuk memberantasnya. Bagai lingkaran setan, tak jelas mana ujung pangkalnya. Aparat penegak keadilan : polisi, jaksa dan hakim, ternyata juga tak luput dari korupsi. Makanya sekarang ada KPK, tapi sanggupkah KPK menyikat koruptor-koruptor kelas kakap, yang di belakangnya ada super-super body yang back-up?  
Persoalannya, bagaimana Indonesia sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, kok bisa sampai demikian??? Atas dasar ini perkenankan kami menyampaikan Syarahan al-Qur’an dengan judul ” Merekonstruksi Budaya Korupsi”. Sebelum lebih jauh membahas judul ini marilah kita simak ayat al-Qur’an surah al-Anfal ayat 27 yang akan dilantunkan berikut ini.
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Hadirin-hadirat yang berbahagia
Mari kita perhatikan ayat di atas, bahwa kata takhunu diulang 2 kali. Pertama la takhunullah war-rasul dan kedua takhunu amanaatikum. Pengulangan ini bermakna at-tanbih, yakni pentingnya persoalan khiyanah terhadap amanah sama besarnya dengan khiyanah kepada Allah dan Rasul. Dan adanya larangan terhadap amanah dalam surah al-Anfal ini, menurut Syaikh Muhammad Thahir bin 'Asyur, mencakup persoalan penggelapan (korupsi, al-ghulul) dalam masalah rampasan perang (فتشمل الغــلول الذى حـاموا حـولـه فى قضــية الأنفــال   ).
Dalam ayat ini Allah SWT melarang kita mengkhiyanati amanah. Dan persoalan amanah merupakan persoalan besar, karena ketika seseorang diserahi kepercayaan jabatan dan kekuasaan memimpin suatu lembaga, atau diberi kekuasaan menduduki jabatan-jabatan publik, berarti di tangannyalah keberhasilan  urusan atau nasib orang banyak itu. Thahir Ibn 'Asyur dalam Tafsirnya at-Tahrir wat-Tanwir mengatakan :
وحسـبك من رفع شــأن الأمـانة أن كان صاحــبها حقـيقا بولاية أمر المســلمين لأن ولايـة أمر المســلمين أمـانة لهم
Dan jelaslah bahwa persoalan amanah merupakan persoalan besar, karena pengemban amanah berari ditangannyalah keberhasilan urusan umat.

Sebuah jabatan tidak bisa dilihat dari status dan fasilitasnya, tapi lihatlah dari kewajiban dan tanggung jawabnya.

Hadirin, hairat....
Kita tentu sangat prihatin, bahwa cita-cita masyarakat adil makmur masih jauh. Hingga kini Indonesia masih berada dalam lilitan masalah kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Salah satu pangkal persoalannya adalah karena Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang semakin merajalela. Menurut Lembaga Internasional Transparancy, sejak sepuluh tahun terakhir Indonesia menduduki rangking tiga teratas dalam korupsi, mengungguli negara-negara yang paling miskin seperti Ethiopia, Senegal dan Zambia. Menurut Sayed Husein Alatas dalam bukunya Corruption and the Destiny of Asia, bahwa kita sudah berada pada tahap ketiga, yaitu korupsi sudah dianggap praktik yang amat menarik sehingga merusak struktur dan nilai masyarakat. Pada tahap seperti itu, persoalannya adalah bagaimana memberantas KKN?
Ada 3 langkah strategis yang ingin kami tawarkan, yaitu :
Pertama, pemberantasan melalui prosedur hukum dan politik tetap harus terus ditegakkan. Aparat hukum harus berani menegakkan supremasi hukum.
Langkah kedua, adalah merekontruksi budaya di masyarakat. Yang pertama, kita harus mengubah budaya yang selama ini dengan mudah mentolerir dan memaafkan penyimpangan dan kejahatan, termasuk korupsi, kolusi dan nepotisme. Persoalan ini menyangkut cara pandang, perilaku masyarakat. Kritik yang pernah dilontarkan Mockhtar Lubis bahwa bangsa Indonesia bersikap feodal, hipokrit atau munafik serta suka menempuh jalan pintas untuk meraih sesuatu kini perlu kita renungkan. Juga pandangan Gunnard Myrdal bahwa kita adalah bangsa yang lunak, lembek atau soft state yang kurang disipilin, kurang peka terhadap penyimpangan dan lemah dalam menegakkan hukum patut kita camkan. Kini, untuk merubah budaya tersebut perlu dibangun pemahaman dan pengamalan agama yang benar dan substantif serta pelaksanaan ajaran amar ma'ruf nahi munkar secara konsekuen. Yang kedua, mengubah budaya konsumerisme yang melanda masyarakat kita. Bukankah korupsi berawal dari nafsu keserakahan manusia yang tak pernah puas dengan apa yang ia miliki. Gaji dan tunjangan puluhan juta masih minta dilipatganda. Sudah punya rumah, ingin punya villa. Sudah punya mobil satu, minta tambah jadi dua. Sudah punya isteri satu?... itulah sifat manusia yang tak pernah puas dengan apa yang ada. Padahal Allah SWT telaqh mengajarkan kepada kita untuk hidup sederhana. Sebagaimana dalam QS.Al Isra 29-30,..
29. dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
30. Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba-hamba-Nya.

Untuk merekontruksi budaya itu diperlukan langkah ketiga, yaitu membenahi kepemimpinan. Konsep tentang kepemimpinan perlu ada definisi ulang.  Dalam Islam, istilah al-imamah, al-imarah atau khalifah, pada dasarnya adalah ta'diyatul-amanah ila ahliha atau menunaikan amanah kepada yang berhak. Pemimpin harus benar – benar menunaikan amanah yang diemban dan dipertanggung-jawabkan kepada rakyat sekaligus kepada Allah SWT. Karena itu, pemimpin harus berlaku adil dalam mengemban amanah, tidak boleh bersikap aji mumpung sebagai god father yang serba kebal hukum dan can do anything no wrong. Pemimpin seperti itu tak sesuai dengan al-Qur'an dan tak sejalan dengan alam demokrasi sekarang ini. Pemimpin hendaknya mencontoh Abu Bakar saat menerima bai'at sebagai khalifah : Jika kalian melihatku benar dukunglah aku, dan jika aku menyimpang dan salah, kritik dan luruskan aku.     
Perilaku pemimpin yang saling asah, asih dan asuh, yang benar-benar mengayomi, akan bisa menjadi contoh teladan bagi bawahan dan rakyat. Kita berharap bapak-bapak pemimpin bisa berlaku adil, disiplin, taat hukum, merakyat dan sederhana.  

Hadirin-hadirat .........
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan :
  1. Kondisi bangsa kita masih dililit berbagai persoalan besar yang salah satu penyebabnya adalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang masih terus merajalela.
  2. Keberagamaan yang benar dan substantif, yang menerapkan amar ma’ruf nahi munkar dengan tegas, serta menanamkan pola hidup sederhana mempunyai peran strategis untuk membagun budaya baru yang bebas KKN.
  3. Dengan menerapkan kepemimpinan sesuai dengan konsep al-Qur'an insya Allah akan mampu diwujudkan sistem sosial-budaya yang bebas KKN.
Demikian syarahan kami semoga bermanfaat,
أوصيــكم ونفسي بتقو الله، والســلام عليكم ورحمــة وبركــاته
maz-msq’10

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS