RSS

ayat - ayat muhkamat dan mutasyabihat dalam al quran



A.    Pengertian Muhkam dan Mutasyabbih
a.      Pengertian
·         Muhkam :
Menurut etimologi muhkam artinya suatu ungkapan yang maksud makna lahirnya tidak mungkin diganti atau diubah. Muhkam diambil dari kata ihkâm, artinya kekokohan, kesempurnaan. Bisa bermakna, menolak dari kerusakan. Muhkam adalah ayat-ayat yang maksud petunjuknya jelas dan tegas, sehingga tidak menimbulkan kerancuan dan kekeliruan pemahaman.
·         Mutasyabbih :
Mutasyabih adalah ungkapan yang maksud makna lahirnya samar. mutasyabih diambil dari kata tasyâbaha – yatasyâbahu, artinya keserupaan dan kesamaan, terkadang menimbulkan kesamaran antara dua hal. Mutasyabih adalah ayat-ayat yang makna lahirnya bukanlah yang dimaksudkannya. Oleh karena itu makna hakikinya dicoba dijelaskan dengan penakwilan. Bagi seorang muslim yang keimanannya kokoh, wajib mengimani dan tidak wajib mengamalkannya. Dan tidak ada yang mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihât melainkan Allah swt.
1)         Ayat-ayat mutasyabihat yang tidak dapat diketahui oleh seluruh umat manusia, kecuali Allah SWT. contohnya, seperti Dzat Allah SWT, hakikat sifat-sifat-Nya, waktu datangnya hari kiamat, dan sebagainya.
2)      Ayat-ayat yang mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam.
3)      Ayat-ayat yang mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sain, bukan oleh semua orang, apalagi orang awam. Hal-hal ini termasuk urusan-urusan yang hanya diketahui oleh Allah SWT dan orang-orang yang rasikh (mendalam) ilmu pengetahuannya.



b.      Perbandingan Muhkamat dan Mutasyabihat
Antara muhkam dan mutasyabbih memiliki banyak perbedaan. Namun yang terpenting diantaranya :
·         Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya Allah-lah yang mengetahui akan maksudnya.
·         Muhkam adalah ayat yang dapat diketahui secara langsung, sedangkan mutasyabbih baru dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain. Para ulama memberikan contoh ayat-ayat muhkam dalam al-Qur’an dengan ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum. Seperti halal dan haram, kewajiban dan larangan, janji dan ancaman. Contoh  :
(#4qt/Ìh9$#P§ymur yìøt7ø9$# !$#@ymr&ur
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (QS.Al-Baqarah : 275)
Ÿwur (#qÝ¡Î6ù=s?  Yysø9$# È@ÏÜ»t7ø9$$Î/ (#qãKçGõ3s?ur ¨,ysø9$# öNçFRr&ur tbqçHs>÷ès? ÇÍËÈ   (#qßJŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qãèx.ö$#ur yìtB tûüÏèÏ.º§9$# ÇÍÌÈ
dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
 (QS.al-baqarah : 42-43)
   Sementara ayat-ayat mutasyabih, mereka mencontohkan dengan nama-nama dan sifat Nya, seperti:
Kursi-Nya meliputi langit dan bumi”. (QS. 2:255)       لسَّمَاوَاتِ وَالأَرْض وَسِعَ كُرْسِيُّهُ (البقرة: 255)
  "Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas ‘Arsy”.(thaha : 5)   
"Dan tetap kekal wajah Tuhanmu  ( Ar-Rahman : 27)                                                                                

·         Muhkam ialah lafal yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat secara berdiri
sendiri tanpa ditakwilkan karena susunan tertibnya tepat, dan pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan. Sedangkan pengertian mutasyabih ialah lafal-Al-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau oleh akal manusia, bisa ditakwilkan macam-macam sehingga tidak dapat berdiri sendiri karena susunan tertibnya kurang dimengerti sehingga menimbulkan kesulitan, cukup diyakini adanya saja, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli Allah SWT.


B.     Sikap Ulama tentang Ayat Muhkamat dan Mutasyabihat
Para ulama berlainan paham mengenai kemuhkaman Al-Qur’an dan kemutasyabihatannya.
Ada tiga pendapat para ulama mengenai masalah tersebut, sebagi berikut:
1.      Pendapat pertama berpendirian, bahwa semua Al-Qur’an itu muhkam, berdasarkan ayat 1 surah Hud:“كِتبٌ أُحْكِمَتْ آيتُهُ” (suatu Kitab yang ayat-ayatnya tersusun rapi).
2.      Pendapat kedua mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabihat, dalam arti yang saling bersesuaian yang sebagian dengan bagian yang lain. Hal ini berdasarkan ayat 23 surah Az-Zumar:  
Artinya: “Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang ulang. Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya.”
3.      Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Al-Qur’an itu terdiri dari dua bagian, yakni muhkam dan mutasyabih. Pendapat ini berdasarkan ayat 7 surah Ali Imran.
Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, Padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.
Oleh karena itu terbagi 2 madzhab, yaitu :
a.      Ulama Salaf
Para ulama yang mengimani ayat – ayat mutasyabbihat dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah. Mereka mensucikan Allah dari pengertian-pengertian lahir yang mustahil bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan al-Quran. Diantara para ulama ini adalah Imam Malik yang termasuk ulama mutaqaddimin.
b.      Ulama Khalaf
Para ulama yang berpendapat perlunya menakwilkan ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat Allah sehingga melahirkan arti yang sesuai dengan keluhuran Allah. Mereka umumnya berasal dari kalangan ulama muta’akhirin. Salah satu ulama yang termasuk menganut mahzab khalaf adalah Imam Ibn Burhan dan Imam Al-Nawawi. Mereka berkata: “setiap sifat yang makna hakikatnya mustahil bagi Allah ditakwilkan dengan kelaziman.” Contohnya mereka memaknakan “wajah” dengan “zat”, “mata” dengan “pengawasan”, tanggan dengan kekuasaan”, dll.
C.    Fawatihus Suwar
1. Pengertian Fawatih al-Suwar
Dari segi bahasa, fawatihus suwar berarti pembukaan-pembukaan surat, karena posisinya yang mengawali perjalanan teks-teks pada suatu surat. Apabila dimulai dengan huruf-huruf hijaiyah, huruf cenderung ‘menyendiri’ dan tidak bergabung membentuk suatu kalimat secara kebahasaan. Dari segi pembacaannya pun, tidaklah berbeda dari lafazh yang diucapkan pada huruf hijaiyah.
2. Macam-macam fawatih al-suwar
a. Pembukaan dengan pujian kepada Allah (al-istiftah bil al tsana).
 Pujian kepada Allah ada dua macam, yaitu :
1) Menetapkan sifat-sifat terpuji dengan menggunakan salah satu lafal berikut :
# Memakai lafal hamdalah yakni dibuka dengan الحمد لله , yang terdapat dalam 5 surat yaitu : Q.S. Al Fatihah, Al An'am, Al Kahfi, Saba, dan Fathr.
# Memakai lafal
تبارك, yang terdapat dalam 2 surat yaitu Q.S. Al Furqon dan Al Mulk.
2) Mensucikan Allah dari sifat-sifat negatif (tanzih ‘an ssifatin naqshin)
dengan menggunakan lafal tasbih. Terdapat dalam 7 surat yaitu :
Q.S. Al Isra, al A'la, al Hadid, al Hasyr, as shaff, al jum'ah, dan at Taghabun.
b. Pembukaan dengan huruf-huruf yang terputus-putus (Al Ahruful Muqoto'ah).
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surat dengan memakai 14 huruf tanpa diulang, yakni ا,ح,ر,س,ص,ط,ع,ق,,ك,ل,م,ن,ه,ي . Penggunaan surat-surat tersebut dalam pembukaan surat-surat Al Qur'an disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri dari kelompok berikut :
1)      Kelompok sederhana, terdiri dari satu huruf, terdapat dalam 3 surat, yakni
ص (Q.S. shad).ق (Q.S. qaaf), ن (Q.S. Al-Qalam).
2)      Kelompok yang terdiri dari dua huruf, terdapat dalam 9 surat, yakni
حم (Q.S. Al Mu'min, Q.S. As Sajdah, Q.S. Az Zuhruf, Q.S. Ad Duhkan, Q.S. Al Jatsiyah, dan Q.S. Al Ahqaf); طه (Q.S. Thaha); طس (Q.S. An Naml); dan يس (Q.S. Yaasin).
3) Kelompok yang terdiri dari tiga huruf, terdapat dalam 3 rangkaian dan 13 surat, yakni : الم (Q.S. Al Baqoroh, Q.S. Ali Imron, Q.S. Ar Rum, Q.S. Lukman, dan Q.S. Sajdah); الر (Q.S. Yunus, Q.S. Hud, Q.S. Ibrahim, Q.S. Yusuf, dan Q.S. Al Hijr); dan طسم (Q.S. Al Qoshosh dan Q.S. As Syu'ara).
4) Kelompok yang terdiri dari 4 huruf, terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni
   ýJ!9# dan  (Q.S. Ar Ra'du) ÈýJ!9#    (Q.S. Al A'raf).
5) Kelompok yang terdiri dari 5 huruf terdapat dalam 2 rangkaian dan 2 surat, yakni كهيعص (Q.S. Maryam) dan حم عسق (Q.S. As Syu'ra).

c. Pembukaan dengan panggilan (al istiftah bin nida).
Nida ini ada tiga macam, terdapat dalam 9 surat, yaitu :
·         nida untuk Nabi
( يا أيها النبي ) yang terdapat dalam  Q.S. Al Ahzab, At Tahrim dan At Thalaq. (ياأيها المزمل ) dalam Q.S. al Muzammil dan ( ياأيها المدثر ) dalam al-muddatsir;
·         nida untuk kaum mukminin
اأيها الدين امنوا terdapat dalam Q.S. Al Maidah dan Al hujurat,
·         nida untuk umat manusia
( ياأيهاالناس ) terdapat dalam Q.S. An Nisa dan Q.S. Al Hajj. Menurut As Suyuthi pembukaan dengan panggilan ini terdapat dalam 10 surat, yakni ditambah dengan Q.S.Al-Mumtahanah.

d. Pembukaan dengan kalimat (jumlah) khabariyah (al istiftah bi al jumlatu al khabariyah).
Jumlah khabariyah dalam pembukaan surat ada dua macam, yaitu :
1)      Jumlah Ismiyyah
Jumlah ismiyah yang menjadi pembuka surat terdapat 11 surat, yaitu terdapat dalam Q.S. At Taubah, Q.S. An Nur, Q.S. Az Zumar, Q.S. Muhammad, Q.S. Al Fath, Q.S. Ar Rahman, Q.S. Al Haaqqah, Q.S. Nuh, Q.S. Al Qodr, Q.S. Al Qori'ah, dan Q.S.Al-Kautsar.


2)      Jumlah Fi'liyyah
Jumlah fi'liyah yang menjadi pembuka surat-surat Al Qur'an terdapat dalam 12 surat, yaitu : Q.S. Al Anfal, Q.S. An Nahl, Q.S. Al Qomar, Q.S. Al Mu'minun, Q.S. Al Anbiya, Q.S. Al Mujadalah, Q.S. Al Ma'arij, Q.S. Al Qiyamah, Q.S. Al Balad, Q.S. Abasa, Q.S. Al Bayyinah, Q.S. At Takatsur.

e. Pembukaan dengan sumpah (al istiftah bil qasam).
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surat-surat Al Qur'an ada tiga macam dan terdapat dalam 15 surat.

3. bentuk redaksi fawatih Al-suwar didalam al-quran dijelaskan sebagai berikut:
a. terdiri atas satu huruf
terdapat pada tiga tempat: surat al-qalam [68] yang diawali huruf nun; surat qaf [50] yang diawali huruf qaf dan surat shad [38] yang diawali huruf shad.
b. terdiri atas dua huruf
terdapat pada sepuluh tempat: surat al-mukmin [40]; surat Fushshilat [41]; surat As-syum [42]; surat Az-zukhruf [43]; surat Ad-dukhan [44]; surat Al-jatsiyyah [45]; surat Al-ahqaf [46]; surat Thaha [20]; surat An-naml [27]; dan surat Yaa sin [36].
c. terdiri atas tiga huruf
terdapat pada 13 tempat: surat Al-baqarah [2]; surat Al-imran [3]; surat Al-ankabut [29]; surat Ar-rum [30]; surat Luqman [31]; surat As-sajdah [32]; surat Yunus [10]; surat Hud [11]; surat Yusuf [12]; surat Ibrahim [14]; surat Al-hijr [15]; surat Asy-syu'ara [26]; dan surat Al-qashshash [28].
d. terdiri atas empat huruf
terdapat pada dua tempat: suat Al-a'raf [7]; dan surat Al-a'rad [13]
e. terdiri atas lima huruf
terdapat pada dua tempat: surat Maryam [19] dan surat As-syu'ra.




Tabel Fawatih al-Suwar pada Surat al-Qur'an
Fawatih al-Suwar
Nama Surat
الم
Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, al-Rum, Luqman dan al-Sajadah
المص
Al-A'raf
الر
Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, al-Hijr Al-Ra'd
المر
Al-Ra'd
كهيعص
Maryam
طه
 Tha ha
طسم
Al-Syu'ara, al-Qashahs
طس
Al-Naml
يس
Yasin
ص
Shad
حم
Al-Mu'min, Fushshilat, al-Zukhruf, al-Dukhan, al-Jatsiyah, al-Ahqaf
عسق
Al-Syura
ق
Qaf
ن
Al-Qalam

D.    Hikmah adanya Ayat-Ayat Mutasyabihat
·      Hikmah Ayat-Ayat Muhkamat:
1. Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.
2. Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.
3. Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.
4. Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.

·      Hikmah Ayat-Ayat Mutasyabihat:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasybih. Sebagaimana Allah menyebutkan wa ma yadzdzakkaru ila ulu al-albab sebagai cercaan terhadap orang-orang yang mengutak-atik ayat-ayat mutasyabih. Sebaliknya Allah memberikan pujian bagi orang-orang yang mendalami ilmunya, yakni orang-orang yang tidak mengikuti hawa nafsunya untuk mengotak-atik ayat-ayat mutasyabih sehingga mereka berkata rabbana la tuzighqulubana. Mereka menyadari keterbatasan akalnya dan mengharapkan ilmu ladunni
3. Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
4. Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.
5. Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.(Rosihan anwar, Ulumul Quran untuk perguruan tinggi Islam.)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar