RSS

Pemerintahan pada Masa Khulafaur Rasyidin


PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Islam pada Masa Abu Bakar Ash- shiddiq (632-634M)
1.      Kondisi Masyarakat Sepeninggal Rasulullah SAW
Pasca wafatnya Rasul, terjadi kebingungan di kalangan umat muslim kala itu. Bahkan ada yang tidak percaya bahwa Rasulullah Muhammad saw. bisa meninggal juga.
Melihat gejala seperti itu, Abu Bakar mendatangi kelompok tersebut dan berpidato “siapa yang memuja Muhammad, sungguh beliau telah wafat, namun siapa yang memuja Allah, Allah hidup selamanya.” Diperkuat dengan mengutip ayat Al Quran QS.Alu Imran : 144,
Artinya : “Dan Muhammad hanyalah seorang rasul, sebelumnya telah berlalu beberapa rasul. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Allah akan memberikan balasan kepada orang – orang yang bersyukur
Nabi Muhammad Saw  tidak meninggalkan wasiat tentang siapa akan menggantikan beliau sebagai pemimpin politik umat Islam setelah beliau wafat. Beliau menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk menentukannya.
2.      Proses Pemilihan dan Pengangkatan Abu Bakar Ash – shiddiq sebagai khalifah
 Tidak lama setelah Rasulullah wafat, sejumlah tokoh Muhajirin, Anshar, dan Bani Abbas berkumpul di balai kota Bani Sa’idah, Madinah. Mereka memusyawarahkan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah berjalan sangat alot karena sama-sama merasa calonnya berhak memimpin umat islam. Kaum Anshar menekankan pada kriteria jasa yang disumbangkan bagi umat islam, maka mereka mencalonkan Sa’ad bin Ubadah, Kaum Muhajirin menekankan aspek kesetiaan dan perjuangan pada masa awal perkembangan Islam di Mekkah hingga Madinah. Maka mereka mencalonkan Abu Ubaidah bin Jarah, sedangkan Bani Abbas mencalonkan Ali bin Abi Thalib dengan alasan jasa, kedudukan, dan statusnya sebagai anak angkat sekaligus menantu Rasulullah Saw.
Setelah melalui perdebatan panjang dengan  argumentasi masing – masing, akhirnya Abu Bakarlah yang terpilih secara aklamasi menggantikan Rasul sebagai pemimpin.
Sebelum pembai’atannya, Umar bin Khattab berpidato dan dalam pidatonya,ia berkata,”Kalian tahu bahwa Abu Bakar adalah sebaik-baik sahabat nabi dan sahabat beliau dalam gua, karena itu bangkitlah kalian dan segera berikan bai’at kepadanya.” Dan bai’at tersebut dilakukan secara umum tepat sehari setelah majlis di Tsaqifah Bani Sa’idah.

3.      Usaha – Usaha Pengembangan Islam Semasa Pemerintahan Abu Bakar
            Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M beliau meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau lagi tunduk pada pemerintah Madinah. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, seperti munculnya nabi – nabi palsu, kaum murtad, dan mereka yang enggan membayar pajak. Abu bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah / perang melawan kemurtadan.
            Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri ,barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid bin alwalid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai Al-Hirah di tahun 634 M,ke Syiria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat jenderal yaitu Abu Ubaidah,Amr ibn ‘Ash,Yazid ibn Sufyan,dan Syurahbil.

B.     Perkembangan Islam Pada Masa Pemerintahan Umar bin Khattab
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian ia mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud menghindari perselisihan dan  perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu bakar ternyata diterima masyarakat yang  secara beramai-ramai membai’at umar. Umar menyebut dirinya Khalifah khalifatii Rasulillah(pengganti dari pengganti Rasulullah).
Di zaman Umar gelombang ekspansi pertama terjadi,  ibu kota Syiria, Damaskus jatuh pada tahun 635 M dan setahun kemudian setelah tentara Byzantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiria jatuh ke tangan Islam. Ekspansi berlanjut ke daerah Mesir di bawah pimpinan Amr Ibn Ash dan ke Iraq di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqas dan berlanjut pada Iskandariah, Persia,dan Mosul.Dengan demikian,pada masa kepemimpinan Umar wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi jazirah Arab ,Palestina,Syiria sebagian besar Persia dan Mesir.
Umar juga mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang di Persia. Administrasi pemerintah diatur menjadi delapan propinsi : Mekkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Dan membangun beberapa departemen yang dirasa perlu didirikan. Kebijakan lain yang sangat monumental adalah penetapan Tahun Hijriyah sebagai tahun baru umat Islam.
 
C.    Perkembangan Islam Pada Masa Utsman bin Affan
  1. Proses pengangkatan Utsman bin Affan sebagai Khalifah
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.
Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah.
  1. Usaha – usaha Utsman pada masa pemerintahannya
Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.
Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.
Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :
1.                  Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
2.                  Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
3.                  Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
4.                  Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
5.                  Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
6.                  Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
7.                  Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
  1. Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman
Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.
Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan.Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar. Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :
1.                  Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
2.                  Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.
Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran
            Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

D.  Perkembangan Islam pada Masa Khalifah Ali Ibn Abi Tholib

1.      Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Dalam suasana kesedihan dan kekacauan Ali kemudian dibai’at oleh Thalhah, Zubair dan Sa’ad untuk menjadi khalifah.Mayoritas masyarakat madinah sangat antusias dengan pembaiatan ini dan menerima Ali sebagai khalifah,tetapi meskipun pembai’atan Ali berjalan mulus dan lancar, ada beberapa kelompok dari kalangan kaum muslimin saat itu yang berbeda dalam menyikapi kekhalifan Ali bin Abi Thalib.
Pertama, kelompok yang melarikan diri dari Madinah menuju Syam segera setelah terbunuhnya Utsman dan menghindari ikut campur dalam pembai’atan pengangkatan Khalifah
Kedua, Kelompok yang menangguhkan pembai’atan terahadap Ali dan menyatakan menunggu perkembangan situasi.
Ketiga, kelompok yang sengaja tidak mau memberikan bai’at kesetiannya kepada Ali bin Abi Thalib meskipun mereka tetap berada di Madinah saat pembaiatan Ali.
Keempat, kelompok sahabat penduduk Madinah yang menunaikan ibadah haji pada tahun itu dan belum pulang saat terjadi pembai’atan
Sikap kaum muslimin di atas, berpengaruh besar terhadap pemerintahan khalifah Ali di kemudian hari. Gambaran situasi awal pembaiatan Ali seperti diungkapkan diatas cukup menjadi isyarat tentang rumitnya situasi politik menjelang dan pasca pembunuhan Utsman. Hal ini menjadi insiden tidak baik bagi situasi politik yang dihadapi Ali. Bagaimanapun, Madinah adalah ibukota Negara dan pusat kewibawaan agama semenjak Nabi Muhammad hingga tiga Khalifah sesudahnya. Keputusan politik dan keagamaan yang disepakati penduduk Madinah menjadi acuan bagi seluruh wilayah Islam yang ada di luarnya. Untuk saat itu, dapatlah dikatakan Madinah menjadi barometer keutuhan umat. Sebab, disinilah berkumpulnya  para sahabat Nabi yang sangat dihormati oleh generasi sesudahnya. Jika penduduk Madinah saja sudah tidak utuh dan bilat dalam suatu keputusan politik public, maka penduduk di luar Madinah akan lebih sulit lagi untuk bersatu menerimanya.

2.      Konflik Politik Internal
 Zubair dan Thalhah membai’at Ali dalam kondisi terpaksa, maka ia pergi ke Basrah bersama Aisyah untuk menuntut balas atas kematian Utsman, didengar oleh Ali maka ia pergi ke Irak menemui Thalhah tuntutan itu tidak bisa dipenuhi seketika maka terjadilah perang saudara pada pertempuran itu Thalhah dan Zubair terbunuh, peperangan itu disebut perang Jamal karena merujuk pada Aisyah yang mengendarai Unta.
Setelah pemberontakan Aisyah dapat ditumpah timbul lagi pemberontakkan dari pihak Muawiyah yang tidak mau mundur dari jabatan Gubernur di Syiria, maka Ali mengerahkan 50.000 pasukan untuk menumpas pemberontakan tersebut terjadilah pertempuran d daerah Shiffin dan ketika pasukan Ali sudah mau memenangi pertempuran Muawiyah meminta damai dengan cara mengcungkan Al-qur’an di ujung tombak, dan berakhir dengan tahkim, (musyawarah) Ali mengutus Abu Musa dan Muawiyah mengutus Amr bin Ash.

Meskipun keadaan politik saat itu begitu rumit, Ali ra, sebagai seorang khalifah tetap menjalankan berbagai program untuk merealisasikan visi pemerintahannya. Yang sangat penting dilakukan pada saat itu adalah bagaimana meredakan berbagai isu yang sedang dan akan timbul setelah kematian Utsman bin Affan. Kebijakan-kebijakan Ali itu  antara lain mengganti Para Pejabat,seperti Gubernur Syiria Muawiyah diminta mundur namun ditolak bahkan tidak mengakui Ali sebagai Khalifah.
Pembenahan oknum yang tidak bertanggungjawab untuk kepentingan keluarga dan tidak memperhatikan kondisi masyarakat. Pembenahan Administrasi kepegawaian, Pengadilan dan Militer, serta menghadapi Para Penantang. Yang terakhir ini dilakukan agar kekacauan politik dunia Islam mereda.
3.      Kemunculan kelompok pendukung dan penentang Ali
Kelompok penentang Sayyidina Ali dinamakan kelompok Khawarij.
Kelompok pendukung Sayyidina Ali dinamakan kelompok Syi’ah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar