RSS

stratifikasi sosial


handieni and andree
BAB   I
PENDAHULUAN

Masyarakat dengan segala aspek yang mencakup di dalamnya merupakan suatu objek kajian yang menarik untuk diteliti. Kehidupan sosial yang tak luput dari interaksi. Diteliti dengan metode induksi. Yaitu dengan melihat kenyataan yang ada, kemudian menyimpulkan sebuah teori. Salah satu fenomenonnya adalah sesuatu yang dihargai oleh masyarakat sehingga dirumuskanlah lapisan-lapisan dalam masyarakat atau stratifikasi sosial. Sesuatu yang dihargai akan menciptakan pemisahan lapisan atau kedudukan seseorang berdasar peranannya di masyarakat. Pada kajian yang dibahas dalam paper ini, yaitu apa saja unsur yang terdapat dalam stratifikasi sosial serta apa sajakah hal yang terkait dengannya. Akan terlihat perbedaannya dengan sistim stratifikasi sosial yang bersifat tertutup seperti sistim kasta dan rasial dengan stratifikasi terbuka seperti yang terdapat saat ini baik di kota dan kebanyakan pedesaan, kemudian bagaimana status dan peranan dalam stratifikasi sosial, serta dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Secara umum dapat kita pahami bahwa stratifikasi sosial adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari membutuhkan sebuah kajian yang berguna untuk menyikapi dampak-dampak yang berasal dari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Dalam paper ini, akan dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari stratifikasi sosial?
2. Bagaimana pelapisan sosial dapat terjadi ?
3. Apa sajakah sifat stratifikasi sosial ?
4. Bagaimana stratifikasi sosial yang terjadi saat ini, apa saja indikasinya ?
5. Apa saja masalah yang terkait dengan stratifikasi sosial ?
6. Apa dampak dari adanya stratifikasi sosial ?
            Sebagaimana rumusan masalah diatas, tujuan pengkajian stratifikasi sosial dalam paper ini adalah ingin mengetahui makna stratifikasi sosial lebih dalam dengan mengetahui beberapa pendapat sosiolog, apa saja kajian yang terkait dengannya, bagaimana dampaknya bagi masyarakat. Sehingga kita dapat menyikapi dengan bijak stratifikasi sosial yang terjadi di masyarakat.
BAB  II
PEMBAHASAN

PENGERTIAN STRATIFIKASI
            Stratifikasi sosial berasal dari kata  status yang artinya lapisan, sedangkan  sosial berasal dari kata socius yang artinya kawan.jadi stratifikasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat berdasarkan status atau kelas yang dimilikinya. Stratifikasi sosial tersebut merupakan suatu jenis diferensisasi sosial yang terkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara bertingkat yang menghasilkan strata tertentu sehingga ada kedudukan yang lebih rendah dan lebih tinggi. Hal ini terjadi karena adanya sesuatu yang dihargai oleh masyarakat, misalnya berdasarkan kekayaan atau penghasilannya. Menurut Max Weber stratifikasi artinya penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan  menurut dimensi kekuasaan, hak istimewa, dan prestise.

TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
     Terjadi dengan Sendirinya
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. orang-orang yang menduduki lapisan ini bukan berdaasarkan atas kesengajaan. Tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Contohnya, usia tua.
     Terjadi dengan Disengaja
Proses ini ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistim ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan pada seseorang sehingga terdapat keteraturan bagi setiap orang dimana tempat kekuasaan dan wewenang itu. Contohnya, organisasi pemerintahan, perusahaan besar, dan perkumpulan-perkumpulan resmi.


DASAR-DASAR PENILAIAN STRATIFIKASI
      Kekayaan
    Uang
Semakin besar pendapatan seseorang, maka akan semakin tinggi status yang ia dapat karena penghormatan yang lebih dari masyarakat terhadapnya.
    Tanah  
Semakin luas tanah yang dimiliki seseorang, semakin ttinggi penilaian masyarakat terhadapnya. Dengan memiliki tanah yang luas seseorang bisa mengembangkan lahan itu untuk meningkatkan statusnya.
    Harta benda
Semakin banyak harta benda atau properti yang dimiliki atau diinvestasikan seseorang, maka ia akan memiliki kedudukan yang kuat di masyarakat.
     Kekuasaan
     Orang-orang yang menduduki stratifikasi sosial pada lapisan atas pada masyarakat tertentu karena mereka merupakan orang-orang yang memiliki wewenang besar untuk mengatur dan mempengaruhi beberapa urusan dalam masyarakat.
     Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan menjadi ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Ukuran ini terkadang berdampak negatif, karena ternyata bukan sekedar ilmu pengetahuan yang menjadi ukuran, tetapi gelar kesarjanaannya. Dan hal tersebut mengakibatkan timbulnya segala macam cara yang ditempuh untuk meraih gelar akademis meskipun bukan cara yang halal.
Ukuran-ukuran di atas tidaklah bersifat limitatif atau terbatas, ada ukuran-ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran tersebutlah yang sangat menonjol sebagai dasar timbulnya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Jadi kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tertgantung pada sistem nilai yang dianut oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.[1]

STATUS  DAN PERANAN
            Status adalah posisi atau kedudukan seseorang dalam suatu kelompok masyarakat, hingga menciptakan kelas-kelas dalam kelompok masyarakat.Perbedaan antarkelas dalam stratifikasi sering menyinggung soal simbol status. Karena simbol status merupakan penunjukkan kedudukan seseorang dalam masyarakat yang diwujudkan dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari. Dari pandangan Berger bahwa orang senantiasa memperlihatkan kepada orang lain apa yang telah diraihnya dengan berbagai siimbol, kita dapat menyimpulkan bahwa symbol status berfungsi untuk memberitahu status yang dimiliki seseorang.[2] Tingkah laku dari orang yang memiliki status disebut peran. Peran seseorang dalam masyarakat bisa menjadikan orang itu memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat. Suatu peran paling sedikit mencakup 3 hal, yaitu:
1.      Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.
2.      Peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat; dan
3.      Peran dapata dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.[3]
            Menurut Weber, status atau kedudukan menyangkut hal-hal seperti: gaya hidup, kehormatan, dan hak-hak istimewa[4].  Gaya hidup dapat memberi batasan pada pola interaksi dan membuat seorang individu akan menahan diri ubtuk bergaul dengan orang yang berbeda kedudukannya. Kehormatan status identik dengan posisi kelas, sehingga perbedaan status dikaitkan dengan perbedaan etnik atau rasial dan akan menjadi hak istimewa yang mempunyai dasar hukum sendiri.
            Kriteria utama dari status adalah pekerjaan yang bersangkutan, yang dikaitkan dengan kekayaan. Jenis pekerjaan yang dilakukan tergantung dari imbalan ekonomis dan kesepakatan  nilai, atau ddapat dikatakan bahwa pekerjaan yang dinilai tinggi adalah yang upahnya paling baik. Dengan demikian, suatu pekerjaan yang menuntut keahlian lebih dan memiliki peluang kecil untuk mendapatkannya akan mendapat bayaran yang lebih besar daripada pekerjaan yang tidak menuntut kehlian tertentu dan memiliki peluang lebih besar kepada masyarakat untuk mendapatkannya.
 Faktor bagaimana peranan yang akan dilakukan ditentukan oleh :
1.      Norma yang berlaku dalam situasi interaksi, yaitu sesuai dengan norma keseragaman yang berlaku dalam kelompok masyarakat dalam situasi yang sama.
2.      Apabila norma jelas, maka dapat dikatakan adanya kemungkinan untuk menjalankannya.
3.      Apabila individu dihadapkan dengan situasi dimana lebih dari satu norma yang berlaku, maka ia akan berusaha untuk mengadakan kompromi dan modifikasi diantara norma-norma ini.[5]

SIFAT STRATIFIKASI
            Dalam stratifikasi terdapat dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan tertutup. Stratifikasi terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, yaitu bagi mereka yang tidak beruntung untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya. Stratifikasi tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak ke atas maupun gerak kebawah, bila akan menjadi anggota biasanya berdasarkan kelahiran (contoh : Kasta dalam agama Hindu dan Sistim Rasial). Menurut Yinger stratifikasi terbuka adalah apabila seseorang mendapat status yang berbeda dengan orang tuanya, biasanya mendapat status yang lebih tinggi atau lebih rendah, sedangkan stratifikasi tertutup apabila seseorang mendapat status yang sama dengan orang tuanya.[6]
Contoh stratifikasi dalam kehidupan sehari-hari  misalnya seorang majikan menyebut pembantunya dengan memanggil namanya, tetapi si pembantu memanggil majikannya dengan sebutan “tuan” atau “juragan”. Hal itu karena sang majikan merasa statusnya lebih tinggi dari si pembantu dan sebaliknya. Stratifikasi dalam masyarakat bali dapat terlihat dari nama marganya, misalnya :
ü  Kasta Brahmana : Ida Bagus
ü  Kasta Satria : Tjokorda, Dewa,Ngahan
ü  Kasta Vesia : Bagus, Ida Gusti, Gusti
ü  Kasta Sudra : Pande.Kban, Pasek
Contoh Negara yang  menganut sistem stratifikasi tertutup adalah India. Negara indi menganut sistem kasta, dalam sistem kasta status ditentukan oleh kelahiran dn ditentukan seumur hidup. Sistem ini telah berproses selama 3000 tahun, walaupun ada usaha-usaha untuk meniadakan pembatasan-pembatasan yang ada,  namun tidak berjalan sesuai harapan karena begitu ketatnya sistem ini di dalam kehidupan masyarakat India. Contoh penilaian berdasarlan sistem kasta yaitu: kasta brahmana (raja, pendeta), kasta satria (pegawai negeri), kasta vesia (pedagang), kasta sudra (kaum buruh), dan kasta paria (kaum diluar kasta/marginal). Sistem ini sangat tidak memungkinkan adanya mobilitasi sosial dalam masyarakat India, karena satu kedudukan kasta tidak mungkin pindah ke kasta yang lainnya. Dan dahulu di Afrika Selatan terdapat pembedaan antara golongan kulit putih dan kulit berwarna. Penugasan pekerjaan kasar kepada orang-orang yang berkulit berwarna.[7]

MOBILITAS SOSIAL
Mobilitas sosial adalah perpindahan status dari salah satu strata sosial ke strata sosial lainnya yang bisa bersifat vertikal maupun horizontal. Mobilitas sosial yang bersifat horizontal maksudnya adalah peralihan individu atau objek sosial lainnya kepada kedudukan yang masih sederajat. Sedangkan mobilitas sosial yang bersifat vertikal adalah peralihan individu atau objek sosial lainnya kepada kedudukan yang tidak sederajat. Mobilitas ini dapat mengarah ke atas maupun ke bawah. Selain itu ada mobilitas antargenerasi, intragenerasi, dan gerak sosial geografis. Mobilitas antargenerasi adalah perubahan taraf hidup antara suatu generasi dengan generasi lainnya, biasanya mengacu pada perbedaan status seorang individu dengan orang tuanya. Contohnya, anak seorang petani miskin bisa menjadi orang sukses. Mobilitas intragenerasi adalah peralihan status sosial dalam generasi yang sama, contohnya, asisten dosen menjadi dosen, dll. Dan gerak sosial geografis adalah perpindahan individu atau kelompok dari suatu daerah ke daerah lain, misalnya mutasi tempat kerja untuk mendapat pekerjaan baru atau status sosial yang lebih tinggi.
1.    Faktor-faktor penghambat terjadinya mobilitas sosial :
a.    Perbedaan ras dan agama
b.    Adanya diskriminasi kelas
c.    Kelas-kelas sosial menjadi subkultur tempat individu berkembang sejak kecil dan mengalami proses sosialisasi.
d.   Kemiskinan membatasi seseorang untuk berkembang.
e.    Adanya perbedaan gender.
2.    Faktor-faktor pendorong terjadinya mobilitas sosial :
a.    Perubahan kondisi sosial
b.    Ekspansi teritorial dan gerak populasi
c.    Komunikasi yang bebas
d.   Kesempatan kerja yang menuntut keterampilan khusus
e.    Tingkat kelahiran yang berbeda

MACAM- MACAM STATUS
Setiap individu akan memperoleh status melalui beberapa cara:
a.       Ascribed status, yaitu kedudukan yang diperoleh secara otomatis atau tanpa usaha, dan tidak memperhatikan kecakapan, misalnya gelar kebangsawanan yang dimiliki seseorang yang terlahir dari keluarga kerajaan Inggris.
b.      Achieved status, yaitu kedudukan yang diperoleh melalui usaha yang tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar tujuannya, misalnya gelar pendidikan.
c.       Assigned status, merupakan kombinasi dari keduanya, yaitu kedudukan yang diperoleh seseorang melalui penghargaan yang diberikan oleh pihak lain setelah orang itu berjasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.[8] Misalnya, seseorang yang mendapat penghargaan nobel karena ia telah memberi kontribusi besar di bidang tertentu.

INDIKASI STRATIFIKASI SOSIAL
            Indikasi stratifikasi social dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari cara berpakaian, misalnya masyarakat dari kalangan atas menggunakan pakaian hasil dari desainer kelas dunia, sedangkan masyarakat dari golongan bawah akan membeli pakaian jadi yang dijual di pasaran. Dari segi rekreasi masyarakat, orang-orang berstatus lebih tinggi, memilih berekreasi ke luar negeri karena lebih memiliki prestise yang tinggi, sedangkan yang berstatus menengah ke bawah, lebih memilih rekreasi di sekitar daerah tempat tinggalnya. Orang  yang memiliki kedudukan tinggi, menggunakan barang-barang mewah, seperti jam tangan import, mobil sport mewah, perabotan-perabotan antik dan semacamnya, sedangkan mereka yang menengah ke bawah memakai barang-barang yang biasa saja. Dari bahasa dan gaya bicara pun sangat terlihat perbedaannya orang-orang yang berpendidikan tinggi dengan yang biasa-biasa saja. Orang yang berpendidikan pasti memiliki jumlah kosakata yang lebih banyak bahkan menguasai pula bahasa asing dan sebaiknya. Indikasi-indikasi lainnya yang dapat kita amati antaralain : komunikasi nonverbal, penyebutan gelar, tipe dan letak tempat tinggal, olahraga, kebiasaan orang-orang menengah ke atas biasanya terlihat berbanding terbalik dengan orang-orang golongan menengah ke bawah.

FUNGSI STRATIFIKASI
Stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai berikut:
a.    Distribusi hak-hak istimewa secara objektif, seperti menentukan penghasilan, tingkat kekayaan dan wewenang.
Adanya distribusi penghargaan karena peranan dari setiap pekerjaan dalam setiap masyarakat berbeda-beda diakibatkan adanya pekerjaan yang dianggap penting dan kurang penting sehingga beberapa pekerjaan meminta pendidikan dan keahlian terlebih dahulu.
b.    Penentu sulit dan mudahnya bertukar kedudukan.
Dengan adanya pelapisan masyarakat, maka semakin atas stratanya, semakin perlu usaha lebih untuk dicapai. Namun hal ini tidak berlaku dalam stratifikasi yang bersifat tertutup. Karena dalam stratifikasi tertutup tidak terjadi mobilitas sosial dan pastinya akan sulit bahkan tidak mungkin berpindah kasta.
c.    Alat solidaritas dalam masyarakat.
Posisi seseorang ditentukan oleh hubungannya dengan orang lain di dalam masyarakat, yaitu hubungan interaksi dan komunikasi. Seorang yang mendapat banyak informasi, mengadakan banyak komunikasi dan interaksi akan menjadi pemimpin karena adanya orang-orang yang mengakuinya sebagai pemimpin.[9]
d.   Penentu simbol status atau kedudukan, seperti: tingkah laku, cara berpakaian, dan bentuk rumah.
Masyarakat dari golongan atas akan lebih memperhatikan tingkah laku dan cara berpakaian karena kedudukan dan prestse mereka pada masyarakat sehingga akan menimbulkan rasa gengsi dan ingin diakui kedudukannya dalam masyarakat.
e.    Menjadi sistem penanggaan pada strata yang berhubungan dengan kewibawaan dan penghargaan.[10]
Semakin tinggi status seseorang, maka akan dihargai lebih tinggi oleh masyarakat. Dengan demikian, akan memiliki kewibawaan dan kekuasaan sehingga masyarakat akan memberi penghargaan kepadanya.
                       
JUMLAH LAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT
Beberapa ilmuwan atau peneliti membagi jumlah lapisan sosial dengan dua lapisan, yaitu antara kelas borjuis dan proletar ; kaum elite dan massa ; orang kaya dan orang miskin. Ada juga yang membedakan dengan beberapa lapisan, yaitu :
1.        Masyarakat yang terdiri dari kelas (upper class) atas dan kelas bawah (lower class).
2.        Masyarakat yang terdiri dari kelas (upper class) atas, kelas menengah (middle class), dan kelas bawah (lower class).
3.        Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), menengah atas (upper middle), menengah bawah (lower middle), dan kelas bawah (lower class).
Pada umumnya golongan bawah jumlahnya lebih banyak daripada golongan atas karena berbagai faktor seperti pendidikan, keturunan, kecakapan, pengaruh, dan kekuatan. Dengan demikian, sistim pelapisan masyarakat itu mengikuti bentuk segitiga atau piramid.
Stratifikasi tidak selalu berbentuk segitiga atau piramida, tetapi dapat berbentuk layang-layang atau intan. Contohnya pada masyarakat industri maju dimana posisi pada lapisan menengah lebih banyak daripada lapisan atas atau lapisan bawah.
Dari semua lapisan-lapisan sosial itu akan melahirkan suatu kelas sosial. Kelas tidak hanya dianggap sebagai suatu komunitas atau kelompok sosial. Kelas didefinisasikan peluang-peluang, atau apa yang dinamakan “peluang hidup”. Di mana suatu kumpulan manusia mempunyai peluang-peluang sosial yang serupa,dan di mana peluang-peluang ini bergantung kepada harta milik mereka atau kemudahan-kemudahan untuk mendapatkan income yang perlu, dan harta benda serta kemudahan-kemudahan itu berkaitan dengan suatu ekonomi pasar, maka itu adalah merupakan suatu situasi kelas, dan orang-orang itu merupakan satu kelas.[11]

ELITE DAN MASSA
Istilah elite digunakan untuk menyebutkan kelompok-kelompok sosial tinggi. Definisi elite bertitik tolak dari adanya ketidaksamaan bakat-bakat individual dalam setiap lapisan kehidupan sosial. Lapisan sosial yang lebih tinggi dari kelompok-kelompok tertentu yang tidak selalu didefinisikan secara tajam. Dalam kajian stratifikasi sosial, elite didefinisikan mereka yang mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat.
Massa dimaksudkan orang banyak yang tidak berkerumun di suatu tempat tertentu, tetapi mengikuti kejadian dan peristiwa yang penting. Kepentingan orang banyak itu dapat bertemu dan melahirkan suatu pengaruh yang amat kuat. misalnya, massa dapat mendorong yang amat kuat kepada suatu partai politik untuk memenangkan suatu pemilihan umum, atau dapat melumpuhkannya. Yaitu tergantung kepada pendiriannya.
Kaum elite, dalam kenyataannya di masyarakat hanya mencari dan memperhatikan persaingan antar elite, mencari pengaruh massa dalam berbagai sektor. Di lain pihak, rakyat-rakyat sering menjadi korban dari rivalitas antar-Elit, namun mereka harus tetap ikut didalamnya karena rakyat atau massa harus mencari perlindungan dari para kaum elite. Pandangan elite yang lebih penting adalah loyalitas rakyat kepadanya. Elite lebih menampilkan diri mereka sebagai penakluk, atau menciptakan kondisi sehingga massa tunduk kepadanya, karena mereka cenderung untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka. Golongan elite sebagai golongan minoritas didiasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peran yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan dasar kehidupan padaa masa yang akan datang. Kelompok minoritas yang mempunyai nilai secara sosial ini berkembang sejalan dengan perkembangan fungsional dalam suatu masyarakat.
Golongan elite sebagai minoritas sering ditempatkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain:
1.      Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
2.      Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan mereka yang dilandasi oleh kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikis, material maupun immaterial.
3.      Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat lain.
4.      Imbalan yang lebih besar yang diperoleh berdasarkan pekerjaan dan usahanya.[12]
Peranan elite terhadap masyarakat :
1.      Elite dapat dilihat sebagai suatu lembaga kolektif yang merupakan pencerminan kehendak masyarakat. Dalam hal ini, elite dapat bertindak sebagai lembaga yang berwenang sebagai pengambilan penentu keputusan akhir.
2.      Sebagai lembaga politik, elite mempunyai peranan memajukan kehidupan masyarakatnya dengan memberikan kerangka pemikiran konsepsional sehingga masyarakat dapat dengan tepat menanggapi permasalahan yang dihadapi.
3.      Elite memiliki peranan moral dan solidaritas kemanusiaan baik dalam pengertian nasionalisme dan universal.
4.      Elite berfungsi untuk memennuhi kebutuhan pemuasan hedonik atau pemuasan intrinsik lainnya bagi manusia khususnya terhadap reaksi-reaksi emosional.[13]


PERSPEKTIF TENTANG STRATIFIKASI SOSIAL
1.      Pendekatan Fungsional
Menurut Kingsley Davis dan Wilbert Moore, stratifikasi dibutuhkan demi kelangsungan hidup masyarakat yang membutuhkan berbagai macam jenis pekerjaaan, sehingga masyarakat akan terangsang untuk menekuni pekerjaan sulit atau pekerjaan yang membutuhkan proses belajar yang lama dan membutuhkan biaya yang besar. Di sini tercakup pengertian bahwa lapisan sosial perlu ada agar masyarakat berfungsi bahwa berbagai lapisan masyarakat bergerak bersama untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.[14]

2.      Pendekatan Konflik
Pendekatan konflik berpandangan bahwa bukan kegunaan fungsional yang menciptakan stratifikasi sosial, melainkan dominasi kekuasaan. Artinya menurut pendekatan konflik, adanya pelapisan sosial bukan dipandang sebagai hasil konsensus–karena semua anggota masyarakat menyetujui dan membutuhkan hal itu-tetapi lebih dikarenakan anggota masyarakat terpaksa harus menerima adanya perbedaan itu. Sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk menentangnya.[15]

DAMPAK STRATIFIKASI SOSIAL
1.    Akan menciptakan sebuah perbedaan status sosial.
Tentu akan sangat terlihat perbedaannya, seseorang yang berada di strata atas dengan strata bawah dari segi gaya hidup, pergaulan, dan sebagainya sehingga kemungkinan terjadi kesenjangan sosial pun semakn besar. Karena biasanya timbul keengganan bagi orang yang biasa-biasa saja untuk bergaul dengan meeka yang berada di strata atas.
2.    Kemungkinan timbulnya proses sosial berupa persaingan, kontravensi, maupun konflik.
Orang-orang yang merupakan golongan menengah ke bawah akan berusaha dengan berbagai cara untuk mengubah status mereka menjadi strata atas yang mengakibatkan golongan atas merasa terancam dan khawatir statusnya dilengserkan. Saat itulah kemungkinan terjadi konflik sangat besar peluangnya.
3.    Penyimpangan perilaku karena ketidakmampuan mencapai posisi tertentu.
Keinginan yang sangat kuat dari orang-orang yang menghendaki status lebih baik akan mendorong seseorang bekerja keras dengan segala kemampuannya atau bahkan dengan berbagai cara sampai cara yang tidak halal. Ketika kenyataan berkata lain apa yang diinginkan tidak tercapai padahal sudah berusaha keras, maka kondisi psikis seseorang mudah terguncang sehingga memacu timbulnya perilaku menyimpang. Seperti calon anggota legislatif yang mengalami stres berat karena usaha kerasnya tidak membuatnya terpilih menjadi anggota legislatif atau usaha bunuh diri dari para pelajar yang tidak lulus ujuan nasional.
4.    Konsentrasi elite status.
Kalangan elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.mereka memegang monopoli terhadap kesempatan-kesempatan atau peluang-peluang tertentu (demikianlah menurut pendapat Marx).[16]







BAB III
KESIMPULAN

Dari  uraian diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial dalam masyarakat tidak dapat kita hindari. Karena stratifikasi tersebut merupakan hasil dari proses interaksi sosial dan keinginan manusia untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun ada stratifikasi yang bersifat tertutup yang sampai saat ini masih berlaku di salah satu negara di dunia. Tradisi ini sulit diubah karena memang sudah berjalan ribuan tahun.
Stratifikasi sosial memiliki fungsi bagi kehidupan masyarakat, sehingga masyarakat termotivasi untuk berikhtiar lebih giat. Allah menciptakan segala segala sesuatu dengan seimbang. Ada manfaat, ada pula side efect-nya. Namun adanya hal yang bertentangan berarti menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berpikir. Membuat setiap diri menjadi lebih waspada agar tidak terkena dampak buruk dari proses kehidupan.
Adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat merupakan anugerah Illahi sebagai pewarna dunia dan penjaga harmoni kehidupan. Semoga kita selalu berikhtiar untuk meningkatkan taraf hidup dan meraih ridha Illahi.













DAFTAR PUSTAKA

Mitchell, Duncan. 1984. Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial. Bina Aksara Anggota IKAPI.
Narwoko, J. Dwi, Bagong Suyanto, 2007, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Susanto Astrid S. 1977, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Bandung: Binacipta
Syarbaini, Syahrial, A. Rahman, Monang Djihado. 2002. Sosilogi dan Politik. Bogor : Galia Indonesia.
Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Hartomo dan Arnicun Aziz. 1993. MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta : C.V. Rajawali.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati, Seri Pendalaman Materi Sosiologi SMA dan MA, Jakarta: Erlangga, 2008.
Henslin, James.M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Edisi 6, terjemahan Kamanto Sunarto.  Jakarta : Erlangga.
 
REFERENSI  INTERNET
http://maretam08.student.ipb.ac.id



[1]Hartomo dan Arnicun Aziz, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Jakarta, Bumi Aksara, 1993, hlm.204
[2] Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004, hlm. 96.
[3] J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pegantar dan Terapan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007,   hlm.159.
[4] Surjono Sukanto,  Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta, CV Rajawali, 1983, hlm. 253-254.
[5] Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan  Perubahan Sosial,  Bandung, Bina Cipta, hlm.96
[6]Surjono Sukanto,  Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, Jakarta, CV Rajawali, 1983, hal.86.
[7] Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,Jakarta,CV.Rajawali,1983,hal.249
[8] Kun Maryati dan Juju Suryawati, Seri Pendalaman Materi Sosiologi SMA dan MA, Jakarta, Erlangga, 2008, hal. 25.
[9] Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan  Perubahan Sosial,  Bandung, Bina Cipta, hlm.92
[10] Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,Jakarta,CV.Rajawali,1983,hal.25.
[11] Duncan Mitchell,  Sosiologi Suatu Analisa Sistem Sosial, Bina Aksara Anggota IKAPI, 1984, hal.158-159.
[12] Hartomo dan Arnicun Aziz, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Jakarta, Bumi Aksara, 1993, hlm. 215-216.
[13]  Ibid, hlm. 220-221
[14]  J.Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto, Sosiologi Teks Pegantar dan Terapan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2007,   hlm.164.
[15] Ibid, hlm.166.
[16] Soerjono Soekanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,Jakarta,CV.Rajawali,1983,hal.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar